Cinta Tak Pernah Mati di Kota Rumi

Rp 96,000

Weight 300 g
Dimensions 19 × 13 × 3 cm
Penulis

KH. Husein Muhammad

Halaman

172

Cetakan

Oktober 2024

Cover

Soft Cover

ISBN 9786238945931 Genre Buku
Dapatkan buku ini di:

Dapatkan juga di marketplace:

Bisa Juga Didapat di Gerai-gerai Berikut:

Informasi Buku

=

Sinopsis

Cinta adalah perasaan gejolak dalam jiwa yang tidak bisa dijelaskan hanya dengan kata atau suara. Seringkali, cinta tanpa kata dan suara lebih kencang dentumannya. Melalui sebuah perjalanan spiritual, kita akan menjumpai hikmah-hikmah yang menerangi jalan hidup menuju lebih sempurna. 

Maulana Jalaluddin Rumi dan puisi-puisi  cinta yang dibawanya merupakan oase segar bagi orang-orang yang sedang merasa dahaga. Menyusuri kembali perjalanan spiritual dan memahami puisi-puisi gubahannya mampu menyegarkan ruh dan memulihkan jiwa yang penat. 

Cinta Tak Pernah Mati di Kota Rumi karya Buya Husein bukan hanya buku yang berkisah tentang perjalanan, tetapi berisi perenungan, pembelajaran, juga pemahaman tentang hakikat cinta sejati dari seorang hamba kepada-Nya. Pemahaman inilah yang akan membawa kita pada makna kehidupan yang sebenarnya, bukan hanya aspek duniawi, tetapi juga ukhrawi.

Daftar Isi

Peta buku— x

Pengantar Penerbit— xiii

Pengantar Penulis— xvii

 

1 Awal Mula Perjalanan Cinta ke Gerbang Seribu Budaya— 1

Di Batas Peradaban Timur dan Barat 2

Nyanyian Cinta dari Istanbul 9

Tarian Sema dan Rindu yang Berputar 12

 

2 Ke Makam Rumi: Siapa Kira Cinta Tanpa Kata dan Suara Lebih Kencang Dentumannya— 23

Mencari Paras Nusantara di Tanah Konya 24

Rumi dan Mereka yang Tenggelam dalam Cinta 29

Bayangan Cinta Tak Selalu Sama 43 

 

3 Bahasa CintaPara Bijak Bestari: Dari Masjid Syams at-Tabrizi ke Makam Shadruddin al-Qunawi— 51

Sang Mentari dari Tanah Tabriz 52

Ajaran-Ajaran Sang Darwis 58

Persahabatan Indah Dua Sufi Besar 64

 

4 Pulang adalah Senandung Serupa Cinta Tanpa Nada— 71

Meninggalkan Konya dalam Munajat Cinta 72

Selamat Tinggal Turki: Barangkali Cinta adalah Jalan Pulang 87

 

Tentang Penulis— 112

Siapa Penulis Buku ini?

KH Husein Muhammad   

Lahir di Cirebon, 9 Mei 1953. Setelah menyelesaikan pendidikan di Pesantren Lirboyo, Kediri, tahun 1973, ia melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ), Jakarta. Ia lulus  dari PTIQ pada tahun 1980 kemudian . Kemudian melanjutkan studi ke Al-Azhar, Kairo, Mesir. Di sana, ia menimba ilmu secara individual kepada sejumlah ulama  di Al-Azhar.

Buya Husein, begitu panggilan akrabnya, kembali ke Indonesia pada tahun 1983 dan menjadi salah seorang pengasuh Pondok Pesantren Dar atl-Tauhid , yang didirikan oleh kakeknya pada tahun 1933. Pada tahun 2001, ia kemudian mendirikan sejumlah lembaga swadaya masyarakat yang fokus membahas isu-isu Perempuan, antara lain: Rahima, Puan Amal Hayati, Fahmina Institute, WCC Balqis, dan Alimat.

Selain aktif dalam berbagai kegiatan diskusi, halaqah, dan seminar keislaman, khususnya yang terkait dengan isu-isu perempuan, demokrasi, dan Pluralisme, baik di dalam maupun di luar negeri, suami Bu Nyai Lilik Nihayah Fuadi dengan 5 orang anak ini , aktif juga menulis di sejumlah jurnal dan media massa, seperti Kompas, Jawa Pos, Sindo, Majalah Noor, dan beberapa media lainnyall. Ia juga produktif menulis dan menerjemahkan buku. 

Sampai saat ini, Buya Husein sendiri telah menulis lebih dari 35 buku. Salah satu bukunya yang banyak digunakan sebagai referensi aktivis perempuan ialah Fiqh Perempuan; Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender (2001). Karya lainnya yang diminati banyak pembaca, antara lain: Islam Agama Ramah Perempuan (2004); Spiritualitas Kemanusiaan (2006); Mengaji Pluralisme Kepada Maha Guru Pencerahan (2011); Fiqh Seksualitas (2011); Sang Zahid, Mengarungi Sufisme Gus Dur (2012); Menyusuri Jalan Cahaya Cinta (2013); Toleransi Islam (2015); Perempuan, Islam,  dan Negara (2016); Menangkal Siaran Kebencian Perspektif Islam (2017); Merayakan Hari-Hari Besar Bersama Nabi (2017); Islam Tradisional yang Terus Bergerak (2019); Ijtihad Kiai Husein: Upaya Membangun Keadilan Gender (2019); Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah (2020); Para Ulama dan Intelektual Memilih Jomblo (2020); Pendar-Pendar Kebijaksanaan (2021); Kidung-Kidung Cinta Syams Tabrizi dan Maulana Rumi (2021);  Kidung Kearifan (2024); dan beberapa karya lainnyall.

Testimoni

“Perjalanan yang penuh gairah! Sajian detailnya bikin bagus dan menggetarkan! Buku yang bisa bikin pembacanya cemburu dan mulai menandainya sana-sini, menyiapkan paspor sambil memilih hari kapan pergi. Belum selesai urusan, Anda sudah di lokasi yang Anda tandai: jalan-jalan cinta!”

Panji Sakti, Komponis Lirik dan Lagu

 

“Akan selalu ada cinta dalam perjalanan yang menyenangkan. Dalam puisi ‘Menyusuri Jalan Cinta” yang ada di buku ini, kita akan merasakan embusan cinta dalam setiap langkah dari perjalanan Buya Husein. Selamat menyerap makna-makna cinta di dalam buku indah ini!”

— Muhammad Nur Jabir, M.A., 

Direktur Rumi Institute. 

 

“Bermula dari perjalanan intelektual hingga berlanjut ke perjalanan menemukan cinta Rumi, Buya Husein melalui buku ini seolah memandu kita menyusuri sudut-sudut Istanbul dan Konya yang menawan sembari menyuguhkan pesan-pesan harmoni tentang kemanusiaan. Sebagaimana syair-syair Rumi yang selalu menyegarkan dan menggerakkan, catatan Buya Husein dalam buku ini juga memenuhi relung-relung jiwa pembacanya dengan cinta sekaligus juga mengajaknya menjadi pecinta.”

— Afifah Ahmad, 

Penyuka Traveling dan Penulis buku Ngaji Rumi: Kitab Cinta dan Ayat-ayat Sufistik. 

 

“Buku ini menarik karena Buya Husein mampu mengemasnya melalui narasi cerita pertemuan dan perjalanan. Isi utama tentang sufisme dan perjumpaan spiritual dapat dinikmati dengan kisah demi kisah yang menghanyutkan. Kehadiran langsung Buya Husein berziarah ke Konya memperkuat pertalian batin sehingga buku ini menjadi sangat intim selayaknya pendar cahaya yang berkilauan.”

— Bernando J. Sujibto, 

Alumni Selcuk University, Konya dan Dosen di Prodi Sosiologi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

 

“Lewat catatan ziarah Buya Husein ke Konya, terasa betul betapa Rumi masih hidup di tengah-tengah kita. Melalui puisi, ajarannya tentang cinta tetap lestari selama berabad-abad. Ajarannya begitu menyentuh jiwa manusia di segala ruang dan waktu.”

— Ahmad Baiquni, 

Editor Senior Mizan Publishing. 

Reviews

There are no reviews yet.

Be the first to review “Cinta Tak Pernah Mati di Kota Rumi”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Buku Rekomendasi